Pagi buta, di sebuah penginapan di kota kecil O Pedrouzo, Dave, seorang peziarah lanjut usia asal California bernyanyi-nyanyi kecil sembari bersiap untuk kembali berjalan. Berjalan di hari terakhir Camino de Santiago.
“Are you excited?” Tanyanya dengan mata berbinar-binar. Mungkin saja sebenarnya ia ingin berbagi perasaan yang meluap-luap itu. Ya, setelah sebulan lebih berjalan kaki dari Perancis, tentu saja ia sangat bersemangat untuk menuntaskan 25 kilometer terakhir hari ini.
“Tak banyak yang mau berjalan di Camino de Santiago ketika masih bekerja, kami saja baru memiliki waktu untuk melakukannya setelah pensiun,” lanjutnya lagi setelah mengetahui bahwa kami hanya mengambil etape minimal dari Camino de Santiago, “tak peduli berapapun jaraknya, kita pasti menantikan saat-saat ini.”
Barangkali sikap semacam itulah yang patut dimiliki seseorang ketika sedang menjalani sesuatu yang personal, ia tak ingin dibandingkan, ia hanya berharap untuk dirayakan seperti hal-hal lain yang biasa dirayakan; pada sapaan buen camino, anak panah kuning, dan lambang kerang, pada perjumpaan dengan Catedral de Santiago de Compostela, Pórtico de la Gloria dengan 200 pahatan kisah Alkitab bergaya Romanesque, Capela do Relicario yang kabarnya menyimpan sisa kayu salib asli Yesus, dan Botafumeiro yang mengayun 80 kilometer per jam untuk menyebarkan wangi dupa, atau perayaan pada antrian panjang peziarah untuk memeluk relik St. James.
Atau perayaan akan pencapaian-pencapaian kecil pada langkah demi langkah yang semakin berat, perayaan akan hal-hal absurd seperti agama, kehidupan, dan spiritualisme, dan juga perayaan akan koeksistensi antara kami dan liyan, pada perjumpaan dengan orang-orang tua, peziarah yang sakit, atau manusia-manusia cacat.
Tentu saja perayaan terbesar adalah ketika berjumpa dengan ratusan peziarah di garis akhir, di katedral Yakobus di kota kuno Santiago de Compostela: perayaan akan usaha manusia, karena itulah inti pesan yang ingin disampaikan Yakobus. Ah, bahkan pada surat yang ia tulis, yang hampir tak dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru oleh Martin Luther karena perbedaan doktrin dengan Paulus, ada keberagaman yang layak dirayakan.
Di Camino de Santiago de Compostela, perayaan-perayaan itu datang setiap hari.
- Visa Selandia Baru - 2016.02.10
- Suatu Hari Aku Akan Bercerita Tentang Perjalanan ini Padamu Meskipun Kamu Tahu Kisahnya - 2016.02.04
- Busker - 2016.01.31