Para pejalan dari Indonesia bahkan mancanegara sudah mafhum jika Ambon adalah kata lain dari pantai-pantai indah. Tidak salah karena sepanjang pulau Ambon kita disuguhi pantai-pantai pasir putih berair jernih, Pintu Kota, dan Natsepa hanya sebagian kecil di antaranya. Masuklah lebih dalam, dan surga di bawah laut pun sudah menunggu.
Dan sepertinya Tuhan menciptakan senja dan Ambon bersamaan, lalu kebingungan ketika memilih mana yang lebih indah. Karena itu jika ada dosa tak terampuni bagi para pemburu senja, itu adalah ketika menghilangkan Amboina dari daftar mereka.
Tapi sesungguhnya Ambon tak hanya itu. Datanglah ke Jalan Said Perintah. Kita akan melihat sisi lain dari kota Ambon. Ia adalah saksi bahwa Ambon memiliki budaya kopi dan komunal. Bersama Virtri, Diah, Zam, ditemani sahabat-sahabat dari Ambon; Almas, Ipank, dan Tero saya berkenalan dengan Ambon yang berbeda pada Warung Kopi Joas dan Warung Sibu-Sibu.
Seperti warung-warung kopi lokal yang tersebar di seluruh nusantara, jangan bayangkan ada mesin espresso, chemex, atau siphon. Bagi penikmat kopi tradisional, tubruk adalah cara paling alamiah. Pemandangan yang terlihat di meja baristanya adalah deretan puluhan cangkir putih, satu ember air panas, dan berlusin-lusin telur.
Kopi rarobang, minuman berenergi biking gargatang, siap par manyabong, apalai campor talor!
Saya memesan kopi rarobang, kopi kesukan para pelaut yang diyakini bisa menambah energi, ia sejatinya adalah ramuan kopi arabika dengan campuran serai dan jahe yang di atasnya ditaburi pecahan kacang kenari. Saya menyeruput sedikit demi sedikit sembari mendengarkan cerita-cerita dari para sahabat.
“Ambon sudah lelah dengan konflik,” kata Ipank. Entah siapa yang memulai, siapa yang punya kepentingan, kota ini sering sekali menjadi pusat konflik. Dan tak ada yang menang dalam perang. Ketika masjid dan gereja berulang kali dibangun lalu hancur lagi, orang-orang Ambon menangis, tak peduli apapun agamanya.
Orang-orang yang muak cuma punya dua pilihan; tak peduli sama sekali atau berusaha membuat kota ini lebih baik. Dan saya merasa kopi adalah salah satu yang bisa menyatukan pihak yang bermusuhan dalam satu meja. Tentunya dengan obrolan tentang tinju, sepak bola, atau kebanggaan mereka pada Belanda.
Tulisan ini dibuat untuk Pikenik.
- Visa Selandia Baru - 2016.02.10
- Suatu Hari Aku Akan Bercerita Tentang Perjalanan ini Padamu Meskipun Kamu Tahu Kisahnya - 2016.02.04
- Busker - 2016.01.31