The Art of Hearing Heartbeats

The Art of Hearing Heartbeats

The Art of Hearing Heartbeats — Jan-Phillip Sendker. 336p.

Selain Pulang dari Leila S. Chudori, novel manis dari Jan-Phillip Sendker ini masuk dalam daftar baca favorit saya di tahun 2014. Jika suka dengan tema tentang cinta yang kekal yang berlatar di Burma sebelum Perang Dunia II, novel 336 halaman ini saya rekomendasikan masuk ke backpack sebagai teman traveling, karena Sendker menuliskannya dengan begitu cantik sampai saya lupa jika tema ini begitu klise.

Dalam sosok anak perempuan, Julia Win, saya mengikuti perjalanannya mencari ayahnya yang telah menghilang beberapa tahun yang lalu, Tin Win. Dari New York menuju Kalaw, Burma. Sejak bab pertama Sendker telah membawa saya ke cerita dalam cerita, ke dalam sebuah realisme yang tersembunyi, kata Sendker. Pada diri U Ba, tokoh misterius yang menunggu kedatangan Julia di Burma, cerita tentang cinta ayahnya pada kekasih sejatinya Mi Mi ini dikisahkan.

“Kamu percaya cinta, Julia?” U Ba bertanya pada Julia yang masih gusar, “yang aku maksud adalah cinta yang mampu membuat orang buta bisa melihat: kemenangan jiwa manusia di atas ego dan kematian.”

Perubahan hati Julia mengiringi kisah yang pelan-pelan dibuka oleh U Ba. Dari kisah tentang surat cinta ayahnya ke Mi Mi yang disimpan ibunya, ke cerita tentang ayahnya yang bisa mendengar detak jantung. Dari kisah  cinta biksu muda buta pada perempuan yang tak bisa berjalan, sampai perjumpaan dua jiwa yang terpisah selama lima puluh tahun.

“You are his daughter. Why you doubt his love?”
“He left us.” 
 “Does one thing exclude the other?”
“Yes.”
“Why? Love has so many different faces that our imagination is not prepared to see them all.”

p.242

Sendker berkata, jika hidup kita sebagai manusia harus memiliki makna, maka itu adalah untuk mencintai dan dicintai di manapun kita hidup. Ia berusaha meyakinkan saya sebagai pembaca untuk setuju dengan pernyataannya melalui Tin Win, Mi Mi, dan tentunya Julia sendiri. Dan tampaknya Sendker berhasil.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You can use markdown, yes that awesome markdown.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.