Sebelumnya ia dikenal sebagai sebuah distrik miskin di timur kota Paris. Bukit Champ l’Evêque adalah sarang para penjahat dengan jalan-jalan gelap penuh liku dan menyesatkan yang dikelilingi oleh kebun-kebun anggur. Seakan-akan peradaban baru masuk ketika saudagar kaya mulai membangun rumah pada 1430. Lalu beberapa abad setelahnya kaum Jesuit membangun rumah singgah biarawan dan akhirnya dihancurkan oleh revolusi dan kekaisaran Perancis di tahun 1771. Lalu lahan 7 hektar itu menjadi properti Ville de Paris dan diubah menjadi kompleks pemakaman terbesar di kota itu; Père Lachaise.
Bagi Parisiens, pemakaman Père Lachaise yang kini luasnya lebih dari 44 hektar, adalah une ville dans la ville, sebuah kota dalam kota. Dengan jalanan yang tertata rapi, pembagian divisi, rambu-rambu penunjuk jalan, sejujurnya bisa dikatakan tata kota kuburan Père Lachaise lebih manusiawi dari Jakarta. Seperti kota sungguhan yang heterogen, dengan lebih dari kuburan satu juta jiwa di dalamnya terdapat orang kaya dan miskin, yang terkenal dan tanpa nama, dan berbagai macam suku bangsa. Di depan Memorial of the Dead saya membayangkan Père Lachaise adalah sebuah kota dengan penduduk semacam Marcel Proust, Sarah Bernhardt, Oscar Wilde, Frederic Chopin, August Comte, dan Sophie Blanchard.
Sementara itu di sudut divisi enam Père Lachaise terbaring sebuah jiwa kesepian, seorang yang meninggalkan gedung kehidupan di usia 27 tahun, dimakamkan tanpa disaksikan oleh keluarga, dan para sahabat. Tak ada yang melihat jasadnya selain lima orang asing yang menghadiri pemakaman pada tanggal 7 Juli 1971 itu. Ia adalah the Lizard King, a poet wannabe, sang vokalis The Doors: Jim Morrison. Ia mati dalam kesunyian. Ironisnya kini perayaan kepadanya datang tiap hari.
Bisa jadi Père Lachaise adalah gambaran bagaimana manusia adalah penipu ulung terhadap dirinya sendiri. Nisan-nisan indah itu seakan menegaskan penyangkalan manusia terhadap tragedi kehidupan bernama kefanaan; yang berarti satu-satunya hal yang pasti menunggu di akhir kehidupan adalah kematian. Jim Morrison sendiri pernah berkata, “no one here gets out alive.” Saya tak bisa lebih setuju dari julukan yang diberikan oleh Bertrand Beyern pada Père Lachaise; teater ilusi di mana jiwa-jiwa yang mati, tidur terlelap.
And yes Jim, no one here gets out alive.
- Visa Selandia Baru - 2016.02.10
- Suatu Hari Aku Akan Bercerita Tentang Perjalanan ini Padamu Meskipun Kamu Tahu Kisahnya - 2016.02.04
- Busker - 2016.01.31