Hari ke-4, kami berlabuh di Labuan Bajo. Berlabuh di sini bermakna berlabuh di pelabuhan udara. Kami naik pesawat dan mendarat di bandara yang sangat tidak layak untuk sebuah tempat wisata dengan potensi yang menakjubkan ini. Untung saja kami melihat pembangunan bandara yang jauh lebih baik sedang dilakukan, ada harapan yang tergantung.
Tanggal 1 April, bulan depan, bandara baru rencananya diresmikan. Semoga benar. Dalam percakapan kami dengan penduduk di sana, mereka bercerita mereka punya pengalaman buruk baru-baru ini dengan dilarikannya uang pembangunan rumah sakit internasional sejumlah 4 triliun rupiah. Ah, semoga ini tidak terjadi pada bandara baru ini.
Landasan bandara di Labuan Bajo ini sangan pendek, oleh sebabnya pesawat yang masuk ke sini pun hanya pesawat baling-baling jenis ATR. Kami beruntung kami dapat promo Garuda sehingga cara pilotnya mendaratkan pesawat selalu bisa diandalkan. Tak berapa lama setelah kami, ada pesawat TransNusa yang cara mendaratnya membuat penumpangnya seketika lebih dekat dengan Tuhan.
Labuhan Bajo kecil. Kotanya hanya berupa jalanan melingkar satu arah yang terdiri dari pelabuhan, pasar, rumah-rumah ibadah, pertokoan dan penginapan. Dalam waktu 10-20 menit berkendara, kamu sudah bisa menyisir seluruh seluk-beluk kota.
Kami sudah memesan penginapan untuk malam pertama kami di sana. Namanya Golo Hilltop. Sangat terekomendasi. Lokasinya bagus, penataannya apik, kondisinya bersih, pemilikinya ramah. Tiap kamar memiliki balkon yang menghadap ke laut . Bunga-bunga merah yang ditanam di sekitar kamar memadu cantik dengan pemandangan laut beserta gundukan-gundukan bukit hijaunya.
Ketika senja datang, panorama yang terlihat bahkan lebih memukau. Jika kondisi sedang tidak fit, tak perlu memaksakan diri untuk jalan-jalan. Berada di pergantian sore menjadi malam di balkon sudah membuat hati berlimpah dengan ucapan syukur.
- Menikmati Perjalanan di Tasmania - 2016.01.31
- Banyak Jalan (Murah) Menuju Maladewa - 2015.05.30
- Doa untuk Nepal yang sedang berduka - 2015.04.26