Menikmati Pulau Tidung, Menikmati Persahabatan

Kamu yang tinggal di Jakarta pernah merasa bosan ga dengan aktivitas akhir pekan yang begitu-begitu saja? Misalnya, lagi-lagi jalan-jalan ke mal, nongkrong di café, nonton film di bioskop, berbelanja, atau hanya bermalas-malasan di rumah. Mau ke Puncak pasti macetnya, ke Bandung apalagi! Kalau jalan-jalan lebih jauh, udah ga cukup waktunya karena libur cuma 2 hari, belum lagi duit kadang-kadang terbatas untuk berpergian jauh.

Mau alternatif aktivitas akhir pekan yang seru, menyenangkan, dan murah? Coba deh jalan-jalan ke pulau-pulau yang berada di Kepulauan Seribu! Kamu bisa mendapat fasilitas menarik paket2 mahal yang ditawarkan oleh agen-agen wisata, yang biasanya berangkat dari Marina, Ancol. Atau kamu bisa mengikuti jejak saya dan sahabat-sahabat saya untuk mendapat pengalaman menyenangkan dengan paket murah alias ‘ngeteng’ a la backpacker yang berangkat dari Muara Angke.

Akhir pekan lalu, saya dan dua sahabat saya si Senyumpagi dan Ceriadunia, jalan-jalan ke Pulau Tidung, salah satu pulau cantik di Kepulauan Seribu! Berawal dari aksi penculikan Ceriadunia di hari ulang tahunnya, kami bertiga pun berangkat ke Pulau Tidung. Seru deh!

Kami bertiga menggunakan Bluvi (mobil Avanza biru) untuk mencapai Muara Angke. Sesampainya di sana, kami menitipkan Bluvi di parkiran Kantor Pos dekat pintu gerbang Muara Angke. Biaya menitipkan mobil di sana per malamnya Rp. 20 ribu. Dari kantor pos ke pelabuhan, kami naik becak. Biaya per becak, baik diisi 1 atau pun 2 orang, adalah 5 ribu. Sebenarnya berjalan kaki pun bisa, namun bersiap-siaplah dengan jalanan yang becek dan berbau ketika melewati pasar ikan menuju pelabuhan.

Sesampainya di pelabuhan, kamu akan menjumpai banyak kapal. Ada yang menuju Pulau Pramuka, Pulau Kelapa, dan lainnya. Tanyalah di mana kapal yang menuju Pulau Tidung. Oia, kamu harus berangkat pagi-pagi benar ya. Karena kapal-kapal ini berangkat pagi-pagi sekali. Waktu itu kami sampai di sana pukul 7 dan kapal berangkat pukul 7.30. Kapal yang disebut Ferry ini sebenarnya kapal sederhana yang penumpangnya duduk beralaskan tikar saja. Satu buah kapal dapat bermuatan 50-an orang. Bisa lebih jika para penumpangnya duduk lebih bermesraan (baca: berdempetan) satu dengan yang lainnya. Tiket kapal tersebut cukup @ Rp. 33 ribu saja.

Perjalanan Muara Angke-Pulau Tidung kami tempuh selama 3.5 jam. Setibanya di sana, mulailah kami termangu-mangu akan kecantikan pantai, laut, dan pemandangan langit di sana. Kami pun mencari penginapan untuk menaruh tas-tas yang kami bawa. Penduduk setempat sangat antusias menawarkan kami untuk menginap di rumah mereka. Dari info yang kami ketahui, jika menginap di rumah penduduk, biayanya per malam Rp. 50–75 rb per orang. Tapi saat itu kami sedang ingin bebas dan tidak ingin banyak berbasa-basi. Untuk itulah kami tetap mencari penginapan.

Aha, kami pun beruntung mendapat kamar (super) luas untuk ukuran kami bertiga. Kamar itu terdiri dari 2 buah tempat tidur spring-bed ukuran kingsize, ditambah tambahan 1 spring-bed lagi jika kami memerlukannya, juga sebuah kasur padang (kasur lipat yang berbentuk sepeti karpet namun tebal). Kamar itu juga dilengkapi dengan TV 21’’, dispenser, standing fan, dan pastinya kamar mandi. Per malamnya biaya sewanya Rp. 250 rb. Karena kami bertiga, masing-masing kami @ Rp. 83 rb. Nah, coba kamu bayangkan jika kami ber 10 orang (dan itu sangat memungkinkan), per orang hanya Rp 25 rb bukan?

Kami menyewa sepeda untuk berjalan-jalan selama kami di sana. Satu hari penuh biaya sewanya Rp. 15 rb per sepeda. Mungkin jika kami lebih ngotot, kami bisa mendapat dengan harga Rp. 10 rb, hehe. Tapi apa daya, karena perut kami sudah minta diisi, kami hanya pasrah mengangguk dan kami mulai mencari makan siang. Terdapat beberapa warung nasi di sana. Kami mendatangi salah satu yang dekat dengan penginapan kami. Nasi dengan lauk utama cumi bumbu, tempe, tahu, dan teh botol dingin kami dapatkan dengan harga hanya Rp. 9 rb per orang. Enaaakkk.

Jalan-jalan ke Pulau Tidung Kecil. Itu tujuan kami! Iya, kami menginap di Pulau Tidung Besar, tempat di mana kehidupan Pulau Tidung terpusat. Sambil mengayuh sepeda dengan riang menyusuri setapak jalan yang melapisi tanah, mata kami dimanjakan oleh pemandangan pantai, laut, dan pohon-pohon kelapa. Kami pun sampai di penghujung Pulau Tidung Besar. Dan (lagi-lagi) hanya bisa termangu mengagumi keindahan pemandangan Pulau Tidung Kecil dan jembatan panjang terbuat dari kayu untuk kita bisa mencapai ke sana.

Kami pun menyusuri jembatan itu, mengaguminya dan tentunya mengabadikan saat-saat kami di sana dengan foto-foto nan cantik. Hati-hati, ada beberapa lubang di tengah-tengah jembatan. Di Pulau Tidung Kecil, tidak ada masyarakat yang tinggal di sana. Itu adalah hutan mangrove. Ada beberapa pengunjung yang mendirikan tenda di pantai Pulau Tidung. Sepertinya seru juga. Meski, apa yang kami lakukan juga tidak kalah serunya.

Kami melakukan aksi jejak petualang menyusuri Pulau Tidung Kecil untuk mencari di mana gerangan spot terbaik untuk snorkeling. Tidak lama kok jejak petaualang tersebut. Kami menyerah dan berhenti untuk piknik sederhana (baca: makan snack yang menjadi perbekalan kami dan tentunya minum melepas dahaga). Rencananya kami hendak menyempatkan diri untuk menikmati waktu dengan membaca, namun rasa kantuk menyerang kami.

Kami pun sempat kembali ke Pulau Tidung Besar untuk menikmati air kelapa muda, makan indomie terlezat,  yang per orangnya tidak sampai 10rb. Kami juga meminjam beberapa perlengkapan snorkeling yang kami tidak punya. Jika kamu hendak meminjamnya lengkap: snorkel set, life vest, dan fins, harga sewanya Rp. 35 rb. Namun jika kamu meminjam salah satunya saja, seperti life vest-nya saja misalnya, harganya Rp. 10rb. Kami juga sempat mencari spot snorkeling yang katanya bagus yang berlokasi di dekat kantor kecamatan. Tapi karena kami tidak menemukannya, kami pun kembali ke Pulau Tidung Kecil.

Tidak cukup menikmati sore dengan berenang dan snorkeling mendapati aneka ikan cantik (karang-karangnya memang tidak bagus, tapi rupa-rupa ikan di sana cukup menarik), kami bertiga menikmati sore cantik itu dengan menari-nari riang di atas pasir putih pantai. Dengan lagu yang mengalun dari BB Senyumpagi, kami bergoyang ke kanan ke kiri mengikuti irama, penuh gelak dan tawa, seakan tiada orang lain di sana yang melihat kami. Menyenangkan sekali sore itu.

Petang kemudian datang dan senja di Tidung Kecil membuat kami terhenyak akan kecantikannya. Jingga bercampur oranye, dan juga merah darah bercampur di birunya langit. Ada kelabu juga yang tertoreh, tapi tidak menyampaikan sendu. Kelabu hanya tersenyum ketika ditiup angin malam yang tak tahan merindu, datang ke Tidung Kecil.

Kami menikmati senja dengan menyusuri jembatan kayu. Kami  mengalunkan lagu ‘I believe I can fly’ dengan merentangkan tangan; seolah tangan kami akan menjadi sayap yang akan terbang tinggi. Kami merasa terbang mengikuti angin malam yang mulai menghampiri.

Lalu kami berhenti di suatu sudut di simpang jembatan kayu itu. Kami menikmati senja dalam hening. Takjub. Sejenak bersyukur pada Sang Pencipta untuk cantiknya semesta dan menikmati keberadaan-Nya dalam hati.

Malamnya kami menyantap hidangan special. Nasi putih sebakul, ikan bakar besaarrr (dan kami menghabiskannya, ludes!), cumi bakar, dan sambal kecap dengan irisan tomat, bawang dan perasan jeruk nipis, memuaskan lidah dan perut kami dengan sempurna! Harganya memang agak mahal, Rp. 28 rb per orang,  tapi kepuasan yang di dapat cukup seimbang. Supeeerrr  enaaaaaakkkkkkkkkk!!!!!

Dan kami menutup malam itu dengan menikmati segelas wine dan sekotak coklat yang kami bawa khusus dari Jakarta (lebih tepatnya, dibawa Senyumpagi dari Berlin) di kamar penginapan. Sebenarnya lebih cantik jika kami menikmatinya di pinggir pantai bertaburkan gemerlap bintang-bintang di langit yang banyaaakk sekali jumlahnya. Tapi apa daya, lelah sudah menguasai diri ini.

Keesokan paginya, kami bangun dan bersiap-siap pulang. Kapal ke Muara angke juga berangkat di pagi hari dari Tidung. Sebelumnya kami membeli sarapan Rp. 5 rb di warung nasi. Lumayan untuk mengisi perut supaya tidak masuk angin di kapal. Tiket pulang juga seharga Rp.33 rb. Perjalanan pulang lebih cepat setengah jam. Jam 10 lewat kami sudah sampai kembali di Jakarta.

Asyikk kan! 2 hari yang seru! Juga murah! Total biaya dari Pelabuhan Muara Angke – Pulau Tidung pp: Rp. 227 rb! Terdiri dari tiket pp 66 rb, penginapan 83 rb, sewa sepeda 15 rb, sewa life-vest 10 rb, makan 4 kali 53 rb. Kamu bisa membuatnya lebih murah jika kamu bersama teman yang lebih banyak atau jika makanmu tidak sebanyak kami, hehehe.

Oia, perjalanan yang asyik, seru dan menyenangkan cuma satu kuncinya: dilakukan bersama sahabat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You can use markdown, yes that awesome markdown.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.