Di sudut Boulevard Saint-Germain, di Les Deux Magots, kedai kopi favorit Ernest Hemingway, kita duduk di dekat jendela menikmati lalu-lalang Parisian merayakan hidup di kota yang oleh Hemingway disebut sebagai a moveable feast. Aku melihat hantu Hemingway duduk di dua meja di depan kita, sedang menunduk, sibuk menulis. Mungkin untuk novel barunya. Kuangkat cangkir coklat panasku, bersulang padanya. Terima kasih untuk kisah Santiago dan marlin raksasanya, Ernie.
Di sudut Boulevard Saint-Germain, di kedai kopi Les Deux Magots, aku mencoba menyamankan posisi duduk. Bisa jadi tempat duduk ini adalah tempat di mana Jean-Paul Sartre membaca Sein und Zeit-nya Martin Heidegger selama enam hari berturut-turut. Aku bersulang lagi untuk salah satu filsuf besar eksistensialisme. A votre santé, monsieur Sartre.
Di sudut Boulevard Saint-Germain, di kedai kopi Les Deux Magots, aku menyesap secangkir coklat hangat. Lalu kita berbagi cerita. Apa saja. Tentang bagaimana kamu begitu menyukai kopi, tentang betapa kita seringkali mengamati manusia-manusia bergegas, atau tentang hal-hal biasa yang kita temukan di ujung jalanan Paris yang basah. Dan bibirmu tak bisa lepas dari cangkir kopi panas itu.
Di suatu hari yang mendung di musim dingin di sudut Boulevard Saint-Germain menjadi waktu dan tempat yang sempurna untuk menikmati il dolce far niente; a delightful idleness. Bersamamu tentu saja.
- Visa Selandia Baru - 2016.02.10
- Suatu Hari Aku Akan Bercerita Tentang Perjalanan ini Padamu Meskipun Kamu Tahu Kisahnya - 2016.02.04
- Busker - 2016.01.31