Nepal: dari Kaki Gunung Nagarkot ke Tepian Danau Pokhara (hari-2)

image

Hari ke-2

Nagarkot, Di Ujung Semesta, Di Kaki Gunung

Kami berencana bangun ketika hari masih gelap sehingga ada waktu untuk kami menunggu sang matahari menyembul perlahan dari balik Pegunungan Himalaya. Kami berencana ke kuil, tempat teratas di daerah sana. Namun, dinginnya udara kaki gunung Nagarkot membuat kami lelap hingga pukul 5.45, matahari sudah muncul, hari tidak lagi gelap, namun juga tidak terang. Pagi kelabu, hujan masih turun, tinggal rintik-rintik. Rencana untuk menyaksikan matahari terbit berlatar langit cerah pupus.

Jalan-jalan pagi kami putuskan ketika rintik hujan sudah selesai. Menikmati udara segar kaki gunung, mendengar bunyi burung gagak yang tak berhenti bersahut-sahutan, meniti jalan berkelok sambil bersua dengan penduduk setempat, membuat kami sukses kelaparan.

Sarapan di hotel dengan posisi duduk dekat jendela adalah pilihan kami. Setelah usai memesan dan bercakap-cakap sejenak, tetiba Kakilangit termangu dan menunjuk ke arah jendela “Itu, di sana”. Ternyata langit sudah cerah, pegunungan salju Himalaya menampakkan diri, memamerkan lekukan-lekukan indahnya.

Pagi di Nagarkot

Kami segera naik ke kuil, tempat terbaik menikmati keindahan Pegunungan Himalaya. Ada satu keluarga dari Malaysia yang berlari-lari kecil juga ke sana. Menikmatinya dengan mata telanjang atau mengabadikannya dengan kamera sama-sama menyenangkan. Pemandangan pegunungan berhiaskan hijaunya alam Nagarkot.

“You guys are so lucky!” demikian kata pelayan yang membawakan sarapan kami yang sudah dingin. Ya, kami begitu beruntung karena sebelumnya ada traveler yang menantikan langit cerah selama seminggu dan ia tidak mendapatkannya. Kami, di pagi pertama kami, diberi pertunjukkan megah oleh Yang Kuasa.

Tak banyak yang bisa dilakukan di Nagarkot. Kami sempat bertukar cerita dengan traveler dari New Zealand, seorang penulis, laki-laki yang tidak lagi muda namun genit luar biasa, hahaha.

Siang itu kami bersiap kembali ke bandara Kathmandu untuk terbang ke Pokhara. Sebenarnya jika kamu kaya waktu, kamu bisa menggunakan jalur darat dengan jarak tempuh sekitar 6-8 jam. Tapi sayang, kami tidak kaya waktu, kami harus lewat udara.

Budha Air!Jarak tempuh Kathmandu ke Pokhara menggunakan jalur udara sekitar 40 menit saja. Penerbangannya banyak, hampir setiap 1 jam ada. Pilihan maskapainya pun beberapa. Yang saya ingat ada Yeti Airlines dan Buddha Air. Kami naik Buddha Air. Harganya sama semua, untuk one-way $90, returns $180. Pesawatnya super kecil, kapasitasnya hanya untuk 50 orang penumpang saja. Duduk berdua-dua, jika isi pesawat tidak penuh, bersiap-siaplah untuk dipindah agar seimbang bagian kanan dan kirinya.

Pokhara, Di Tepi Danau

Bandara Pokhara suasananya seperti bandara di Yogyakarta, tapi versi mungil dan jauh dari kata modern. Tempat pengambilan bagasinya hanya berupa semen dan diantar secara manual oleh petugas bandaranya. Seru!

imageDari bandara ke hotel tempat kami akan menginap, kami naik taksi, 30ribu rupiah saja. Kami bertiga, bareng dengan seorang traveler asal Korea yang bahasa Inggrisnya sangatlah terbatas. Seperti halnya kepada travelers asal Jepang yang banyak kami temui di Eropa, kami kagum padanya. Percaya diri mengalahkan kemampuan berbahasa!

Hotel tempat kami menginap bernama Trekkers-Inn. Sangat saya rekomendasikan. Dengan harga yang sama dengan hotel di Nagarkot $17, tapi jauh lebih bersih & lengkap! Kamar mandi dalam, air panas, breakfast, TV (ada yang subtitlenya bahasa indonesia loh!). Puas banget deh. Yang harganya $100 juga ada di sana, tapi menurut review yang saya cai sebelum memilih kamar, kata orang-orang yang pernah menginap, kondisinya mirip. Jadi, kalo bisa yang murah dan bagus, kenapa harus pilih yang mahal?

Sore hingga malam itu kami berjalan-jalan menyusuri tepian danau. Iya, hotel kami berlokasi di Lake Side, Pokhara. Tepian danau yang sudah ramai, yang dipenuhi banyak turis. Danau yang terdapat di sana bernama Phewa Lake, Phewa Tal, Danau terbesar di Pokhara. Danau yang cantik. Danau yang bisa memantulkan pegunungan Annapurna jika langit cerah. Danau yang seperti cermin, memberikan refleksi pada perbukitan yang mengelilinginya. Berdiri di tepiannya membuat hati terasa teduh.

Danau Pewa

Lalu kami melihat perahu warna-warni menghiasi hijaunya danau, membuatnya semakin rupawan. Terima kasih Tuhan untuk warna-warni semesta.

image

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You can use markdown, yes that awesome markdown.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.