Melakukan perjalanan dengan mobil, atau bus bagi sebagian orang adalah kebahagiaan tersendiri. Jack Kerouac bahkan berkata, “our battered suitcases were piled on the sidewalk again; we had longer ways to go. But no matter, the road is life.” Jalanan adalah kehidupan. Jika masih merasa road trip menjemukan dan melelahkan, kita bisa membuang jauh-jauh ingatan tentang jalur Pantura atau Nagreg mendekati Lebaran, atau Puncak Pass setiap akhir pekan, dan menggantikannya dengan rute Wonosobo – Dieng, eksotisnya jalur Cemoro Sewu di lereng Lawu, atau overland di Flores.
Kami sendiri sudah lama sekali tidak melakukan road trip, maklum sudah tua. Terakhir kali kami menuju kaki gunung Gede-Pangrango dari Jakarta, dengan kemacetan di jalan sempit dan bersaing dengan truk-truk besar jelas bukan salah satu jalur road trip yang cantik. Lalu ingatan road trip yang menyenangkan itu kami dapati lagi pada lebih dari seribu kilometer perjalanan di pulau kecil paling selatan Australia: Tasmania.
Berkendara di Tasmania pada musim panas adalah sebuah perayaan. Populasi Tasmania yang hanya kurang dari seperduapuluh penduduk kota Jakarta, tingginya denda tilang, serta banyaknya kamera pemantau kecepatan, menjadikan jalanan di propinsi ini terbebas dari macet.
Pada seratus kilometer dari bandara Hobart menuju Port Arthur kami bertemu dengan langit biru, pegunungan, lembah, dan laut. Pada ratusan kilometer menuju Launceston kami menikmati suguhan bukit-bukit hijau, hamparan savana, domba, sapi, kuda, kota kecil, dan penduduk yang ramah. Pada jalanan panjang dan berkelok menuju pegunungan Cradle dan Wellington kami memasuki hutan pinus, pemandangan aerial kota di atas teluk, bertemu bebatuan karang, Tasmanian devil, kanguru, dan wombat. Setiap hamparan lansekap di ujung tikungannya adalah kejutan-kejutan baru yang menyenangkan.
Kami sudah tak lagi memotret semua yang ada di depan mata kami. Terlalu banyak yang terlewat jika kami sibuk mengabadikannya lewat kamera. Saat kami melewati Midland Highway kami menyadari keberadaan kami adalah fana menuju titik yang tak berarti di tengah lansekap megah yang dibuat ketika tuhan sedang bahagia.
- Visa Selandia Baru - 2016.02.10
- Suatu Hari Aku Akan Bercerita Tentang Perjalanan ini Padamu Meskipun Kamu Tahu Kisahnya - 2016.02.04
- Busker - 2016.01.31
Wiiiii seru mas Firman 🙂
Ditunggu cerita selanjutnya
*^^*
Asik ada yang nunggu. :p